ESTHER NURAINI(15318)
Judul Jurnal : Implementasi Penyuluhan
Hortikultura Berkelanjutan di Provinsi D.I. Yogyakarta
Jurnal :
Jurnal Penyuluhan
Volume : Vol. 14 No. 2
Tahun : September 2018
Penulis : Epsi Euriga ,
Siti Amanah , Anna Fatchiya , Pang S. Asngari
Peresume : Esther Nuraini
Tanggal : 18 Oktober 2018
PENDAHULUAN
Mayoritas
petani memerlukan informasi yang berguna, teknologi yang sesuai dan bimbingan
teknis yang penting untuk meningkatkan tidak hanya produktivitas dan pendapatan
namun juga agar kehidupan pertanian dan pedesaan semakin kaya dan
berkelanjutan. Hal ini menjadi peran penting dalam penyuluhan pertanian agar
memberikan materi yang sesuai dengan harapan petani tersebut.
Keberhasilan penyuluhan
sangat bergantung pada materi, metode dan SDM agen penyuluhan dan juga
keterlibatan petani. Materi penyuluhan harus memenuhi aspek hortikultura
berkelanjutan dan juga kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, penerimaan sosial
serta keamanan bagi lingkungan. Semakin beragam dan semakin sering maka proses
penyuluhan dapat dikatakan berkualitas. Bukti di lapangan juga menunjukkan
bahwa kelompok tani hortikultura yang sering terlibat dalam kegiatan penyuluhan
terutama di Kota Yogyakarta tergolong dalam kelompok yang memiliki kelas lanjut
dan utama.
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat
efektivitas implementasi penyuluhan hortikultura berkelanjutan pada petani
hortikultura di DIY.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penetilian survey, dimana informasi didapatkan dari
sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling acak
bertingkat yaitu multi stage random sampling. Data yang diperoleh berasal dari
kuisioner yang dikumpulkan dan dianalisis menggunakan analisis statitiska
deskriptif menggunakan SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Implementasi
Penyuluhan Petani
Implementasi
penyuluhan pada petani hortikultura dilaksanakan oleh berbagai pihak melalui
Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) yang berjumlah 56
BP3K. Rasio satu desa satu penyuluh belum terpenuhi, kekurangan penyuluh PNS
masih terjadi di DIY, yaitu 296 penyuluh pegawai negeri sipil untuk 392 desa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa efektivitas implementasi penyuluhan di DIY
berada dalam kategori tinggi dengan materi penyuluhan, metode penyuluhan dan
kompetensi penyuluh pada kategori tinggi, sedangkan keterlibatan petani pada
kategori sedang. Implementasi penyuluhan masih memiliki potensi perbaikan dari
segi keterlibatan petani dan konten penyuluhan.
2. Kesesuaian
Materi atau Konten Penyuluhan
Materi
penyuluhan hortikultura berkelanjutan di DIY yang disampaikan penyuluh berada
dalam kategori tinggi.. Materi yang paling sering diterima adalah pengairan
sesuai kebutuhan tanaman, diikuti dengan penggunaan pupuk organik/kompos dan
penggunaan alat pelindung tubuh dalam bertani. Sedangkan materi yang paling
jarang diterima adalah menutup tanah dengan jerami / bahan organik sebagai
mulsa, pemasaran, rotasi (penggiliran tanaman) dan kemitraan/ kerja sama (baik
input/budi daya/pemasaran) sehingga penyuluh perlu meningkatkan frekuensi
penyuluhan pada materi tersebut.
a.
Kelayakan teknis
Prioritas
kelayakan teknis yang dipertimbangkan petani dalam implementasi materi
penyuluhan hortikultura berkelanjutan secara berturut-turut adalah (1) mudah
diterapkan, (2) waktu untuk menerapkan tersedia, (3) sesuai dengan lingkungan
(cuaca, suhu, kelembaban dan lain-lain), (4) tenaga kerja untuk menerapkan
tersedia, dan (5) alat dan bahan untuk menerapkan tersedia.
b.
Kelayakan ekonomis
Sebanyak 93.14
persen petani menyatakan bahwa mereka akan melaksanakan materi penyuluhan
hortikultura berkelanjutan apabila menguntungkan, 86.29 persen menyatakan akan
melaksanakan apabila hasil panen meningkat. Untuk kelayakan ekonomi lainnya
seperti biaya untuk menerapkan tersedia, hanya 70 persen petani yang akan
melaksanakan, dan meskipun harga jual tinggi, hanya 60 persen petani akan
melaksanakan.
c.
Penerimaan Sosial
Sebanyak 91.14
persen petani di DIY menyatakan akan melaksanakan materi penyuluhan apabila
sesuai dengan pengalaman bertani dan 84.29 persen apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat.
d.
Keamanan Lingkungan
Lebih
dari 90 persen petani setuju akan melaksanakn materi penyuluhan hortikultura
berkelanjutan apabila mencegah kerusakan lingkungan, memperbaiki kerusakan
lingkungan dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Penyuluhan di DIY
sebaiknya memperkuat konten dalam hal kelayakan ekonomi, aman bagi lingkungan
dan berkelanjutan sesuai dengan pernyataan petani bahwa mereka akan menerapkan
materi penyuluhan apabila layak secara ekonomi (44 persen) dan aman bagi
lingkungan dan berkelanjutan (sesuai kebijakan pemerintah) (41 persen).
3.
Metode Penyuluhan
Proses
atau ketepatan metode penyuluhan adalah keefektifan cara yang dipilih oleh agen
perubahan dalam mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap petani antara lain
jumlah kunjungan, pertemuan lapang, pertemuan kelompok, demonstrasi, studi
banding atau pertukaran petani dan pelatihan petani. Metode penyuluhan yang paling bermanfaat adalah pelatihan
(training/sekolah lapang), diikuti dengan uji coba lapangan atau demonstrasi
lahan (24.57 persen) dan studi banding ke kelompok tani yang lebih baik (23.71
persen). Selain itu, penyuluh dalam mengembangkan programprogram ekstensi harus
dipandu oleh prinsip-prinsip pembelajaran dan pengetahuan tentang proses difusi
sebagai berikut:
a)
Proses Penyuluhan
Semakin nyata
metode yang diterapkan maka mereka akan lebih berpartisipasi, dan pengalaman
pendidikan menjadi Gambar 7. Skor Likert Metode Penyuluhan (N=350) Jurnal
Penyuluhan, September 2018 Vol. 14 No. 2 298 lebih efektif. Jika petani tidak
melakukan tugas secara efektif, maka akan jauh lebih efektif dengan metode
demonstrasi dibandingkan dengan kuliah atau pertemuan kelompok
b)
Proses Adopsi
Penyuluh harus
ingat bahwa meskipun petani serupa mengadopsi teknik yang mirip, masalah yang
dialami tidak selalu sama. Dalam tahap ini, metode untuk memperkuat
ketertarikan petani dengan menggunakan pertukaran petani dan pelatihan
keterampilan dapat berguna dalam membantu individu untuk terus mengadopsi.
4.
Kompetensi
Penyuluh
Penyuluh sangat
memperhatikan kelestarian lingkungan namun penyuluh masih memperbolehkan petani
menggunakan bahan kimia dalam memberantas hama atau gulma.
5.
Keterlibatan
Petani
tipe partisipasi
tertinggi adalah tipe partisipasi pasif (saya sering hadir dalam pertemuan
kelompok) dan tipe partisipasi terendah adalah pada tipe partisipasi mobilisasi
pribadi (saya mencari solusi dengan pihak lain selain penyuluh PNS apabila ada
masalah kelompok). Upaya meningkatkan partisipasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan kontak penyuluh dengan petani. Upaya lain untuk meningkatkan
partisipasi adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhinya.
KESIMPULAN
Efektivitas
implementasi penyuluhan di DIY berada dalam kategori tinggi dengan materi
penyuluhan, metode penyuluhan dan kompetensi penyuluh pada kategori tinggi,
sedangkan keterlibatan petani pada kategori sedang. Materi penyuluhan tersebut
harus mempertimbangkan aspek kelayakan lingkungan dan ekonomi yang menjadi
faktor utama petani dalam menerapkan materi penyuluhan. Metode penyuluhan yang
dipilih harus mempertimbangkan tahapan adopsi inovasi. Kompetensi penyuluh di
Yogyakarta sudah sangat baik dan masih dapat ditingkatkan. Meskipun demikian
penyuluh harus lebih ditingkatkan dalam kecepatan memberikan respon atau
tanggapan terhadap permasalahan yang dihadapi petani. Penyuluh harus membuat
strategi agar petani lebih meningkatkan partisipasinya dari partisipasi pasif
menjadi partisipasi mobilisasi pribadi.
Sumber : http://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/19555
ESTHER NURAINI
17/414737/PN/15318
Nama : Abdullah Faiq Muzzaki
ReplyDeleteNIM : 17/414689/PN/15267
Gol/Kel : B1/4
Nilai penyuluhan dalam artikel :
1. Sumber Teknologi / Ide :
Pemanfaatan teknologi terbaru untuk memilih metode yang lebih efektif dan efisien untuk penyuluhan.
2. Sasaran :
Penyuluh pertanian di provinsi DIY
3. Manfaat :
Penyuluh pertanian bisa lebih sadar untuk selalu melek teknologi yang baru untuk penyuluhan yang lebih efektif dan efisien.
4. Nilai Pendidikan :
Penggunaan metode yang memanfaatkan tekcnologi terbaru dalam melakukan penyuluhan pertanian.
Nilai berita dalam artikel :
1. Timelines :
Efektivitas implementasi penyuluhan di DIY berada dalam kategori tinggi dengan materi penyuluhan, metode penyuluhan dan kompetensi penyuluh pada kategori tinggi, sedangkan keterlibatan petani pada kategori sedang
2. Proximity :
perkembangan teknologi masa kini tidak dapat dipisahkan dengan proses penyuluhan pertanian
3. Importance :
Penyuluhan pertanian menjadi lebih mudah dijangkau dengan pemanfaatantechnologi terbaru.
4. Development :
Pemanfaatan technologi sebagai media penyuluhan pertanian