Enrico Zaki A.S. (15317)
|
Judul Jurnal
|
Hubungan Karakteristik, Motivasi Dan Kompetensi
Terhadap Produktivitas Kerja Penyuluh Pertanian Di Kota Bengkulu.
|
|
Jurnal
|
Jurnal
AGRISEP
|
|
Volume
|
Vol.
13 No. 1
|
|
Tahun
|
2013
|
|
Penulis
|
M.
Ali Hanafiah, Witman Rasyid, Agus Purwoko
|
|
Reviewer
|
Enrico
Zaki Arya Sahadewa
|
|
Tanggal
|
17
Oktober 2018
|
RESUME JURNAL
Hubungan
Karakteristik, Motivasi Dan Kompetensi
Terhadap
Produktivitas Kerja Penyuluh Pertanian Di
Kota Bengkulu
Pembangunan
sangatlah diperlukan oleh setiap negara didunia ini. Pembangunan merupakan
upaya guna tercapainya taraf hidup rakyat yang lebih baik. Pembangunan
pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional yang menitikberatkan pada
peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Jika pembangunan pertanian
berhasil maka pembangunan nasional juga kemungkinan besar akan ikut berhasil.
Oleh karena itu, dibutuhkan penyuluhan pertanian. Terdapat tiga tujuan utama
dalam penyuluhan yaitu bertani lebih baik, berusahatani lebih baik, dan
mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam rangka mewujudkan tujuan penuluhan
tersebut dibutuhkan penyuluh dengan kinerja baik, yang tercermin dari
produktivitas kerjanya yang tinggi. Untuk mewujudkan kinerja tersebut dipengaruhi
oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal adalah kompetensi,
motivasi, kemandirian dan karakteristik penyuluh. Karakteristik atau ciri
individu merupakan sifat-sifat atau atribut yang melekat pada individu yang
berhubungan dengan aspek kehidupan seperti umur, jenis kelamin, status sosial,
agama dan lain-lain. Kompetensi seorang penyuluh pertanian diawali dengan
memahami dan menguasai tugas pokoknya. Penguasaan terhadap tugas pokok
merupakan hal yang mutlak bagi seorang penyuluh karena akan mempengaruhi
kinerjanya. Lebih lanjut, dari beberapa penelitian terdahulu dinyatakan bahwa
kinerja penyuluh relatif rendah.
Dari
hasil penelitian mengenai distribusi penyuluh berdasarkan karakteristik
menunjukkan bahwa mayoritas
pendidikan penyuluh pertanian di Kota Bengkulu adalah sarjana karena kemudahan
akses untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tanpa harus meninggalkan
tugas. Mayoritas penyuluh mengikuti pelatihan dengan frekuensi yang rendah,
karena kegiatan pelatihan yang dilaksanakan baik oleh pemda maupun pemerintah
pusat terbatas. Penyuluh Kota Bengkulu didominasi oleh penyuluh senior yang
rata-rata pindahan dari kabupaten dalam Provinsi Bengkulu, dan pengangkatan
penyuluh baru di Kota Bengkulu baru dimulai pada tahun 2009.
Distribusi penyuluh berdasarkan
tingkat motivasi menunjukkan bahwa keinginan berprestasi penyuluh Kota Bengkulu
tinggi karena mayoritas penyuluh bersikap positif terhadap pekerjaannya, dan
berusaha melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan tugas. Pengakuan dan
penghargaan yang tinggi diperoleh penyuluh rata-rata dari masyarakat dan petani
binaannya, sedangkan dari institusi sendiri rata-rata penyuluh menjawab netral
atau biasa saja. Pada aspek gaji/imbalan penyuluh-penyuluh baru masih optimis
akan mendapat gaji dan imbalan yang setimpal dengan kinerjanya. Bagi penyuluh
yang lebih senior rata-rata menjawab netral bahkan memiliki rasa pesimis
terhadap gaji dan imbalan yang berkaitan dengan kinerjanya.
Hasil penelitian mengenai distribusi
penyuluh berdasarkan tingkat kompetensi tersaji pada terdapat kebijakan yang
mengharuskan setiap penyuluh untuk melaksanakan persiapan penyuluhan.
Penyusunan programa dan rencana kerja tahunan merupakan syarat pencairan biaya
operasional penyuluh, sehingga penyuluh terbiasa dan terlatih melaksanakan
persiapan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan merupakan tugas sehari-hari setiap
penyuluh, mulai dari mempersiapkan materi, metode, melaksanakan penyuluhan,
hingga menumbuh kembangkan kelompok tani. Kompetensi ini terasah karena menjadi
kebiasaan dan telah dilaksanakan oleh penyuluh.
Menurut penelitian tentang distribusi
penyuluh berdasarkan produktivitas kerja menunjukkan bahwa mayoritas penyuluh
pertanian Kota Bengkulu melakukan tatap muka dengan kelompok tani 6-10 kali
setiap bulan. Model kunjungan yang dominan dilakukan oleh penyuluh adalah
tatapmuka perorangan dengan mengunjungi pengurus kelompok tani dan petani maju.
Kondisi ini senada dengan temuan Balitbang Jambi (2010). Metode penyuluhan yang
dominan dilaksanakan oleh penyuluh di Kota Bengkulu adalah ceramah, diskusi,
dan anjangsana. Namun beberapa penyuluh menggunakan media penyuluhan untuk
meningkatkan efektifitas penyuluhan. Sebagian besar wilayah binaan memiliki
areal pertanian sempit sehingga didominasi satu jenis kelompok yaitu kelompok
pengolahan hasil. Sehingga materi yang diberikan hanya berkisar tentang
pengolahan hasil pertanian, pemanfaatan lahan pekarangan dan permodalan.
Hubungan antara aspek-aspek
karakteristik penyuluh dan produktivitas kerja penyuluh adalah beberapa
karakteristik penyuluh yaitu pelatihan, masa kerja, dan luas lahan pertanian wilayah
kerja berkorelasi sangat nyata dengan produktivitas kerja penyuluh pertanian.
Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan masingmasing faktor tersebut adalah
pelatihan sebesar 0,604 p-value (0,000), masa kerja sebesar 0,574 p-value
(0,000), dan luas areal pertanian wilayah kerja sebesar 0,515 p-value (0,002).
Hubungan antara aspek-aspek motivasi penyuluh dan produktivitas kerja penyuluh
adalah aspek-aspek motivasi yaitu pengakuan atau penghargaan dan gaji atau imbalan
berkorelasi nyata dengan produktivitas kerja penyuluh pertanian. Nilai
koefisien korelasi yang ditunjukkan masing-masing faktor adalah pengakuan atau penghargaan
sebesar 0,428 p-value (0,013) dan gaji/imbalan sebesar 0,470 p-value (0,006).
Hubungan antara aspek-aspek kompetensi terhadap produktivitas kerja penyuluh
adalah aspek-aspek kompetensi penyuluh yaitu persiapan, pelaksanaan, evaluasi
dan komunikasi berkorelasi positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja
penyuluh pertanian. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan masing-masing
faktor tersebut adalah persiapan penyuluhan sebesar 0,456 p-value (0,008),
pelaksanaan penyuluhan sebesar 0,446 p-value (0,009), evaluasi penyuluhan
sebesar 0,451 p-value (0,008) dan komunikasi penyuluhan 0,544 p-value (0,001)
Sementara pengembangan profesi justru berkorelasi negatif dan tidak nyata
dengan produktivitas kerja penyuluh.
Daftar Pustaka :
Hanafiah M.A., W. Rasyid, dan A. Purwoko. 2013. Hubungan karakteristik, motivasi dan kompetensi
terhadap produktivitas kerja penyuluh pertanian di Kota Bengkulu. Jurnal AGRISEP 13(1): 69-84
Nama:
Enrico Zaki Arya Sahadewa
NIM:
17/414736/PN/15317
Setelah membaca resume ini saya memperoleh informasi-informasi sebagai beriku :
ReplyDelete1. Sumber teknologi atau ide : dari resume tersebut terdapat konsep distribusibusi penyuluhan berdasakan faktor-faktor internal yaitu distribusi penyuluh berdasarkan karakteristik, tingkat motivasi, tingkat kompetensi, dan produktivitas kerja untuk mmewujudkan tujuan penyuluhan dan pembangunan pertanian.
2. Adanya sasaran : sasaran informasi dari resume jurnal ini adalah kepada penyuluh.
3. Adanya manfaat : informasi yang disampaikan memberikan banyak manfaat untuk menambah pengetahuan dan mengetahui kondisi kualitas dan kuantitas penyuluh di Kota Bengkulu khususnyaa untuk para penyuluh agar dapat menjadi penyuluh yang dapat ikut serta mewujudkan tujuan penyuluhan dan pembanngunan pertanian.
4. Adanya nilai pendidikan : adanya kebijakan yang mengharuskan penyuluh untuk melaksanakan persiapan penyuluhan (penyusunan programa dan rencana kerja tahunan )sebagai syarat pencairan biaya operasional penyuluh, kebijakan ini menarik untuk dikembangkan agar penyuluh terbiasa dan terlatih melaksanakan persiapan penyuluhan sehingga kompetensi penyuluh terasah karena sudah menjadi kebiasaan dan telah dilaksanakan penyuluh.
Analisis nilai berita :
1. Timelines : informasi yang disampaikan baru karena mengusung informasi-informasi kondisi penyuluhan yang memang masih belum banyak diketahui.
2. Importance : dari resume jurnal ini terlihat bahwa informasi yang disampaikan penting dan berkaitan dengan pembangunan pertanian melalui pembentukan penyuluhan, yaitu mengenai kondisi dan kebijakan-kebijakan penyuluhan yang ada.
3. Development : dari resume ini pembangunan pertanian salah satunya dengan kebijakan mengharuskan setiap penyuluh untuk melaksanakan persiapan penyuluhan yang telah dapat diterapkan.
4. Consequence : dalam resume ini disampaikan bahwa adanya konsep penyebaran dan kebijakan-kebijakan yang dapat mewujudkan pembangunan pertanian dan nasional.
5. Conflict : wilayah binaan memiliki areal pertanian sempit sehingga didominasi satu jenis kelompok petani menyebabkan penyuluh terbatas dalam penyampaian materi
Nama : Fida Amalia
NIM : 17/409641/PN/15029