Tahtihal Anhar (15254) Analisis Penyuluhan dan Keberdayaan Petani Karet Pola Swadaya di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.


Judul Jurnal     : Analisis Penyuluhan dan Keberdayaan Petani Karet Pola Swadaya di   Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Volume           : Vol.13 No.2 2017

Tahun              : 2017

Penulis            : Rosnita., E. Sayamar, S.S. Sianturi, R. Yulid, and E.K.P. Simanjuntak.

Reviewer         : Tahtihal Anhar
NIM                 : 15254
No. Absen       : 15

Tanggal           : 18 Oktober 2018



A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi perekonomian di sektor pertanian. Selain penyumbang devisa negara, pertanian juga membuka peluang usaha atau sebagai tenaga kerja bagi masyarakat di Indonesia. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi nasional didorong pertumbuhan dan perkembangan dari subsektor perkebunan. Salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia adalah tanaman karet.

Provinsi Riau merupakan salah satu penghasil karet terbesar dengan jumlah produksi hingga 367.261 ton dan luas lahan sebesar 502.906 ha. Sebagian besar perkebunan karet yang ada di Riau dimiliki oleh petani swadaya, yang diusahakan hanya dalam skala kecil, berbeda halnya dengan perkebunan karet yang dimiliki oleh pemerintah ataupun pihak swasta. Rendahnya produktivitas yang mampu dicapai oleh petani rakyat diduga disebabkan oleh berbagai hal seperti mutu SDM petani yang rendah, kurang berperannya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh selaku pendamping dalam membina petani, ketidakberdayaan petani dalam menerapkan apa yang disarankan oleh penyuluh dengan kondisi sosial ekonomi  dan pendidikan petani, sehingga mengakibatkan kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh belum mampu memberdayakan petani.

Dalam berusahatani tanaman karet faktorfaktor produksi yang baik sangat dibutuhkan seperti pada tahap persiapan yang meliputi: penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan sampai kepada pemasaran, akan tetapi kegiatan tersebut masih berlangsung secara alami yang dilakukan oleh petani, artinya penyuluh sebagai pendamping masyarakat belum dapat menjalankan perannya sebagai agen yang dapat mewujudkan keberdayaan petani agar mencapai produksi yang optimal.



B.     TUJUAN

1.      Untuk mendeskripsikan peran penyuluhan terhadap petani karet di Kabupaten Rokan Hilir.

2.      Untuk mendeskripsikan tingkat keberdayaan petani karet di Kabupaten Rokan Hilir.

3.      Mendeskripsikan tingkat ketercapaian tujuan penyuluhan yang dilihat dari better farming, better business, dan better living di Kabupaten Rokan Hilir.

4.      Menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat keberdayaan petani karet rakyat di Kabupaten Rokan Hilir.

5.      Menganalisis pengaruh tingkat keberdayaan petani terhadap tercapainya tujuan penyuluhan yang dilihat dari better farming, better business, dan better living di Kabupaten Rokan Hilir



C.    METODELOGI

Metodelogi yang digunakan adalah dengan teknik observasi, kuisioner, wawancara, dan pencatatan. Data yang dikumpulkan yakni data primer dan data sekunder, untuk melihat pengaruh peran penyuluhan terhadap keberdayaan dan keberdayaan terhadap tujuan penyuluhan dianalisis dengan menggunakan model Structural Equation Modelling (SEM). Pengujian asumsi SEM yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1.Uji Validitas dan Reabilitas Data; 2.Uji Outliers; 3.Uji Normalitas data; 4.Multicollinearity dan Singularity Adapun langkah permodelan Structural Equation Modeling sebagai berikut: 1.Pengembangan Model Berdasarkan Teori; 2 dan 3 Menyusun Diagram Alur dan Persamaan struktural; 4.Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan; 5.Menilai Identifikasi Model Struktural; 6.Menilai Kriteria Goodness of Fit Full Structural Equation Modelling (SEM).

D.    HASIL

1.      Usahatani Karet

Usahatani karet merupakan kegiatan usaha yang dilakukan petani turun temurun dijalani oleh keluarga. Menurut cerita tanaman karet asal mulanya dibawa oleh pedagan China atau kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji dan mampir di Malaysia karena tanaman ini telah berkembang di Malaysia. Petani rakyat swadaya rata-rata memiliki luas usahatani karetnya 1 ha dengan pengelolaan yang sangat sederhana. Dalam aspek budidaya petani dalam mempersiapkan lahan untuk kebun karet umumnya dengan membuka lahan secara tradisional dengan melakukan penebangan dan membakar. Cara ini dianggap menggunakan biaya yang murah, menggunakan bibit yang dominan bibit lokal, dimana setelah bibit ditanam dibiarkan begitu saja tanpa perawatan. Pemupukan dilakukan sesuai dengan kemampuan petani.

Petani menjual hasil panennya umumnya kepada toke di tingkat desa atau dikenal dengan tengkulak dengan harga jual rata-rata berkisar antara Rp 7.000 sampai Rp 8.000/kg. Ojol yang dihasilkan sekitar 3,777 ton/ha/thn dengan total biaya Rp. 3,456 juta/ha/thn. Pada beberapa kabupaten di Provinsi Riau seperti Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi petani yang sudah tergabung dalam kelompoktani atau Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) melakukan pemasaran karet dengan sistem lelang dimana harga yang diterima petani sudah lebih baik yakni Rp 10.000/kg sedangkan harga karet dunia sudah mencapai Rp 16.200/kg.

2.      Peran Penyuluhan terhadap Petani Karet

Dalam proses edukasi terhadap petani karet yang dijalankan oleh penyuluh, petani karet merasa penyuluh belum mampu berperan akan tetapi baru mampu untuk “cukup berperan” dalam meningkatkan pengetahuan petani, karena Kabupaten Rokan Hilir dalam pelaksanaan penyuluhan belum mengadopsi atau melaksanakan Undang Undang No. 12 Tahun 2006, dimana penyuluh belum polivalen sehingga penyuluh yang bertugas memberikan penyuluhan adalah penyuluh tanaman pangan. pada usahatani karet.

Peran penyuluh sebagai konsultasi diperoleh nilai 2,97 dengan kategori cukup berperan, artinya penyuluh belum berperan secara  maksimal dalam melayani petani untuk  melakukan konsultasi dalam pemecahan masalah yang dihadapi petani karet. Kondisi ini membuat petani tidak termotivasi untuk mengembangkan usahatani karetnya, akan tetapi mereka lebih senang mengembangkan usahatani kelapa sawit karena menurut petani kelapa sawit lebih menjanjikan dibanding karet Penyuluh telah melakukan pembinaan kepada petani terutama dalam bagaimana petani memanfaatkan sumberdaya alam yang ada.

Petani karet merasakan bahwa peran penyuluh masih terbatas dan dirasakan kurang sehingga yang dirasakan petani peran penyuluh baru berada pada level yang “cukup berperan” dalam melakukan pembinaan terhadap petani yang ditunjukkan dengan nilai skor 3,11. Pembinaan terhadap pemasaran karet masih memperoleh skor yang lebih rendah dengan skor 2,80 karena penyuluh belum mampu berperan dalam menaikkan harga karet. Monitoring yang belum aktif dilakukan penyuluh  terutama terhadap kemampuan petani dalam memanfaatkan teknologi yang disarankan, menurut petani monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan berada pada katagori “cukup berperan” dengan nilai skor 2,80, peran tertinggi yang dilaksanakan penyuluh ada pada monitoring usahatani karet petani dengan skor 3,24 dan terendah pada kegiatan pemanfaatan teknologi dengan skor 2,53.

3.      Keberdayaan Petani Karet

Peran penyululah yang sudah dijalankan dalam memberdayakan petani masih belum dirasakan petani dengan katagori “cukup berperan” dengan nilai skor 3,48. Keberdayaan sumberdaya manusia petani karet dirasakan petani lebih rendah jika dibanding keberdayaan ekonomi dan keberdayaan kelembagaan. Peran penyuluhan yang dirasakan baru pada level “cukup berperan” ternyata belum membuat petani karet “berdaya” dalam menyusun RDKK. RDKK yang disusun pengurus atau penyuluh. Secara ekonomi, peran penyuluh yang hanya “cukup berperan” menurut petani belum mampu memberdayakan petani dari usahatani karet yang dilakukan. Keberdayaan ekonomi petani karet dengan skor 3,79.

Keberdayaan kelembagaan  dengan nilai skor 3,85 merupakan tingkat keberdayaan yang memiliki skor lebih tinggi dibanding dengan keberdayaan lainnya (SDM dan Ekonomi). Hal tersebut karena meskipun secara individu keberdayaan petani masih rendah akan tetapi secara berkelompok menjadi lebih baik, karena kelompok digerakkan oleh pengurus yang dapat menutupi keterbatasan petani selaku anggota. Kemampuan kelembagaan dengan skor terendah adalah kemampuan lembaga agar petani mampu melaksanakan materi yang diterima dari kegiatan penyuluhan, karena materi yang disampaikan bukan kepada pemecahan masalah yang dihadapi petani akan tetapi lebih kepada program pemerintah.

4.      Ketercapaian Tujuan Penyuluhan

kegiatan penyuluhan (Tabel 4). Kegiatan penyuluhan meskipun hanya “cukup berperan” akan tetapi keberdayaan petani sudah tercapai dengan tambahan usaha diluar usahatani karet. Tujuan penyuluhan yang mampu dicapai dengan skor tertinggi adalah perbaikan usahatani (better business) dengan skor 3,83 dibanding better living dengan skor 3,51 atau better farming yang hanya memiliki skor 3,47. Better business yang dirasakan petani terutama pada usaha di luar usahatani karet karena petani juga mengembangkan usaha kelapa sawit dan berdagang yang menurut petani lebih menjanjikan. Untuk itu dalam berusahatani petani tidak hanya belajar dan menerima materi dari penyuluh, akan tetapi petani mau belajar atau mencari informasi sendiri kepada sesama petani atau sumber informasi lainnya.

Kemampuan teknis berusahatani dengan lebih baik (Better Farming) merupakan kemampuan dengan skor terendah 3,47. Hal tersebut karena materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan tidak berdasarkan kepada kebutuhan dan masalah petani akan tetapi lebih kepada program pemerintah, disisi lain penyuluh belum polivalen. . Keterbatasan kemampuan petani dalam menabung, karena pendapatan yang diperoleh baru mampu memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan yang masih bersifat pokok atau kebutuhan dasar, petani belum mampu menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk diivensitasikan guna meningkatkan atau menambah skala usaha seperti membeli lahan guna menambah luas lahan usahatani karet yang dijalankan.

5.      Pengaruh Peran Penyuluhan terhadap Keberdayaan dan Tujuan Penyuluhan

Uji normalitas data (nilai maximum dan minimum, dan nilai Z score berkisar ± 3). Nilai minimum dan maximum pada standar deviasi bervariasi pada ±3, artinya tidak ditemukan adanya outlier univariate dari penelitian ini.  Uji Outlier Mahalanobis untuk mendeteksi data-data yang bersifat ekstrim (nilai mahalanobis hitung > nilai Chi Square). Nilai maksimum dan nilai minimum, 31,203 dan 7,188 yang berada dibawah 32,000 menunjukkan tidak terjadi outlier multivariate.  Uji normalitas (nilai c.r Skewness diharapkan berkisar ± 2,58), memperlihatkan ditemukan angka yang berada diluar ± 2,58 yakni pada indikator kelembagaan (KE) sebesar -3,896, Data tersebut masih bisa digunakan karena nilai c.r 1,629 yang berada pada kisaran ± 2,58, sehingga data tersebut masih bisa diterima untuk dianalisis.

Peran penyuluhan berpengaruh terhadap keberdayaan petani karet hanya sebesar 25 persen yang artinya masih terdapat variabel-variabel lain sebesar 75 persen secara konsep teori belum dimasukkan ke dalam model yang turut mempengaruhi keberdayaan petani karet. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar menambahkan variabel lain selain peran penyuluhan ke dalam model yang ikut berpengaruh terhadap keberdayaan petani karet. Dugaan sementara peneliti bahwa disamping peran penyuluhan, maka motivasi, kompetensi dan kemandirian penyuluh ikut berpengaruh terhadap keberdayaan petani karet. Hal ini sesuai dengan hasil kajian Asyiek (2014), bahwa perbedaan kemampuan dalam mengambil keputusan ikut berpengaruh terhadap perbedaan keberdayaan petani.

Hubungan antara sumberdaya manusia (SDM), ekonomi produktif dan kelembagaan masinmasing memiliki hubungan sebesar (1,00), (2,42), dan (2,47) terhadap keberdayaan petani. Kelembagaan memiliki hubungan terbesar terhadap keberdayaan dan SDM dengan hubungan yang terkecil. SDM dengan hubungan yang terkecil.  Keberdayaan petani karet berpengaruh terhadap tercapainya tujuan penyuluhan hanya sebesar 2,77 persen, yang artinya terdapat 97,23 persen variabel lainnya yang ikut berpengaruh terhadap tercapainya tujuan penyuluhan.

E.     KESIMPULAN

1.      Penyuluhan baru mampu “Cukup berperan”  pada proses edukasi, diseminasi, fasilitasi, konsultasi, dan monitoring dan evaluasi  dalam membina petani karet pola swadaya di Kabupaten Rokan Hilir. Peran terbesar yang dilakukan penyuluh adalah supervisi dan terkecil yakni peran edukasi.

2.      Keberdayaan yang mampu dicapai petani karet tidak sepenuhnya dari usahatani karet. Usaha lain di luar karet ikut menentukan keberdayaan petani.

3.      Better business merupakan tujuan penyuluhan yang terbesar mampu dicapai oleh petani karet dan yang terendah adalah better farming.

4.      Peran penyuluhan memberikan pengaruh  yang sangat signifikan hanya sebesar 25 persen terhadap keberdayaan petani. Terdapat 75 persen variabel lain  selain peran penyuluhan yang belum dimasukkan kedalam model yang diduga berpengaruh terhadap keberdayaan petani karet. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memasukkan variabel lain seperti kompetensi, motivasi, dan kemandirian penyuluh  ketika melakukan kajian yang sejenis.

5.      Keberdayaan memberikan pengaruh yang signifikan hanya sebesar 2,77 persen terhadap tercapainya tujuan penyuluhan dan masih terdapat 97,22 persen. Disarankan kepada peneliti selanjutnya memasukkan variabel  lain seperti kemandirian petani, faktor lingkungan yang ikut berpengaruh terhadap tercapainya tujuan penyuluhan yang perlu ditambahkan peneliti selanjutnya kedalam variabel penelitian.

Comments

  1. Manfaat : peningkatan kemampuan petani dalam memanfaatkan teknologi
    Teknologi/ide : monitoring
    Sasaran : petani
    Nilai Pendidikan : penyuluhan terhadap petani
    Nilai yg ada : -

    Resume terlalu universal

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ronaldo Ghandy FA (15284)